Monday 1 September 2014

palestin

If Einstein got it . . .

palestin

Shujaiya: before and after.

Ottoman map of the United States

Ottoman map of the United States from 1803. Includes state names & Native American tribes in the West. 

palestin

Tiberias, Palestine in 1920.

Tiberias, Palestine in 1920.

George Galloway kena serang

Galloway
Galloway
LONDON - Ahli Parlimen Bradford West yang popular sebagai anti-Israel, George Galloway diserang lelaki tidak dikenali selepas beliau menyelar tindakan kejam Israel.

Beliau dilaporkan mengalami patah rahang dan tulang rusuk serta lebam di mata.

Jurucakap polis berkata kepada Press TV, seorang lelaki menyamar sebagai jurukamera tiba-tiba menerpa dan menumbuk ahli Parlimen itu.

"Kami percayai serangan terbabit mempunyai kaitan dengan komen Galloway terhadap kekejaman Israel ketika mesyuarat parti berhaluan kiri di Leeds baru-baru ini. Kami dapat menahan suspek sejurus kejadian itu," katanya.

Beberapa minggu sebelum kejadian, Galloway disoal siasat polis selepas mengisytiharkan bandar Bradford sebagai sebahagian daripada zon bebas Israel.

Beliau menggesa penduduk di bandar berkenaan memboikot semua barangan Israel dan apa jua perkara yang berkaitan dengan rejim Zionis itu.

“Kita tidak mahu apa jua barang Israel. Kita tidak mahu perkhidmatan atau mana-mana ahli akademik Israel datang ke universiti atau kolej di sini,“ katanya. 

Israel mahu rampas 400 hektar tanah

Penduduk di Tebing Barat membaling batu ke arah askar Israel semalam. - Foto Ihsan: AFP
Penduduk di Tebing Barat membaling batu ke arah askar Israel semalam. - Foto Ihsan: AFP
TEBING BARAT - Israel merancang merebut ratusan hektar tanah milik Palestin di Tebing Barat.

Media Israel East Monitor melaporkan, rancangan itu adalah sebahagian daripada projek pembesaran rejim Tel Aviv selepas mereka dikatakan 'gagal' dalam pertempuran dengan Palestin.

Sumber tentera Israel pula melaporkan, kira-kira 400 hektar tanah di Gevaot, bandar selatan Betlehem diisytiharkan sebagai tanah milik Israel.

"Kami mengalu-alukan rancangan ahli majlis yang ingin membuka jalan bagi mengembangkan bandar Gevaot bertujuan membina sebuah bandar baharu.

Kumpulan aktivis Israel dikenali Peace Now mengesahkan, pelan itu sudah berada dalam skop peluasan jajahan Israel sejak 1980-an.

Terdahulu, satu lagi kumpulan aktivis Israel B’Tselem turut mengumumkan, Tel Aviv merampas puluhan ribu hektar tanah daripada rakyat Palestin di Tebing Barat sejak 1967 untuk membina lebih 200 penempatan.

Sementara itu, pemerhati keamanan antarabangsa menyifatkan perbuatan itu adalah tanda awal provokasi gencatan senjata Israel terhadap Palestin. 

" Aku pernah ada rumah di sana, namun kini ia telah hancur." Sumber : Ghazzah al-Aan

Raja Qatar, Tamim bin Hamad Aali Thani menghubungi Ismail Haniyyeh dan berkata bahawa negaranya akan berusaha membangunkan semula Gaza.

Raja Qatar, Tamim bin Hamad Aali Thani menghubungi Ismail Haniyyeh dan berkata bahawa negaranya akan berusaha membangunkan semula Gaza.

Moga Allah memberkati Qatar dan para pemimpinnya.

Buat makluman, Qatar adalah negara Arab yang paling cakna dengan isu umat Islam. Berbeza dengan negara-negara Arab yang lain.

Sumber : Ghazzah al-Aan

#‎SupportGaza‬.. Alhamdulillah.. Ini hanya permulaan kpd kehancuran zionis yahudi.. Teruskan...

40 Tentara Elit Syiah ‘Golden Squad’ Hancur Ditabrak Bom Kembar Mujahidin Daulah Islam



Senin, 05 Dzulqa`idah 1435 News, World

Shoutussalam – Ahad (31/8/2014), sedikitnya 40 Tentara Syiah Iraq dari Unit Pasukan Elit Golden Sqad ‘SWAT’ tewas terbunuh dihantam ledakan bom Mujahidin Daulah Islamiyyah di Distrik Andalusia, kota Ramadi. Sejumlah perwira militer berpangkat tinggi juga turut meregang nyawa.

Serangan tersebut menggunakan dua bom mobil yang dikendarai oleh dua orang Mujahid, dikutip dari statemen penjelasan yang dipublikasikan oleh Kantor Media Daulah Islamiyyah Wilayah al Anbar.

Masih di kota Ramadi, tepatnya di Distrik al Mu’allimin, Mujahidin Daulah Islam merontokkan empat buah mobil militer Hummer dengan tembakan roket. Semua personel militer yang mengendarainya tewas. [arkan/anb]

SUKU MAYA DI GUATEMALA USIR 230 YAHUDI DARI TANAH MAREKA. TIDAK ADA TEMPAT UNTUK YAHUDI DI DUNIA INI.

SUKU MAYA DI GUATEMALA USIR 230 YAHUDI DARI TANAH MAREKA.
TIDAK ADA TEMPAT UNTUK YAHUDI DI DUNIA INI.

SENIN, 05 DZULQA`IDAH 1435H / SEPTEMBER 1, 2014

GUATEMALA CITY (Panjimas.com) - Takut kehilangan budaya dan tanah leluhur mereka, penduduk suku Maya di Guatemala akhirnya mengusir 230 anggota Yahudi ultra-Ortodoks dari lingkungannya. Suku Maya sendiri juga telah mengalami diskriminasi selama berabad-abad.

Pada Rabu lalu, akhirnya kelompok Yahudi itu dipaksa pergi dari San Juan La Laguna, di tepi Danau Atitlan, sekitar 200 kilometer dari ibukota Guatemana City. Upaya mencapai kesepakatan agar komunitas Yahudi diizinkan tinggal bersama Suku Maya gagal, dan mereka harus pergi.

“Kami sangat senang dengan keputusan yang dibuat oleh kelompok itu (Yahudi) untuk menghindari konflik dengan orang lokal,” kata Miguel Vasquez, juru bicara Dewan Tetua Suku San Juan, seperti dikutip AFP.

Sebagian besar anggota komunitas Yahudi itu berasal dari Amerika Serikat, Israel, Inggris, Rusia dan sekitar 40 orang Guatemala. Setengah dari komunitas itu merupakan anak-anak.

Sejak Oktober tahun lalu, penduduk asli setempat menuduh orang-orang Yahudo Ortodoks telah melanggar adat Maya. Tetua Suku Maya juga mengatakan, komunitas Yahudi berusaha untuk memaksakan agama mereka dan merusak kepercayaan warga desa yang beragama Katolik.

Guatemala adalah negara pegunungan dengan pemandangan indah di Amerika Tengah. Pemerintah mengatakan bahwa 42 persen penduduknya berasal dari etnis suku Maya. Mereka bekerja sebagai petani tradisional. Menurut pemimpin adat, 60 persen dari 15 juta penduduk Guatemala adalah suku Maya.

Di negeranya sendiri, suku Maya merasa telah didiskriminasi sejak lama.

Selama tiga abad kolonialisme Spanyol, suku Maya juga terpinggirkan. Setelah kemerdekaan pada awal tahun 1800-an, suku Maya menghabiskan hampir dua abad hidupnya di tempat terpencil.

Diusirnya Yahudi dari wilayah suku Maya karena mereka khawatir akan lebih banyak anggota komunitas Yahudi yang terus berdatangan. Suku Maya merasa kedatangan Yahudi ini dapat merebut tanah leluhur mereka.

Komunitas Yahudi yang ada di daerah suku Maya ini bernama Komunitas Lev Tahor yang didirikan pada tahun 1980 oleh Shlomo Helbrans dari Israel.

Para pemimpin suku Maya menganggap aneh ritual komunitas Yahudi tersebut.

“Mereka tidak percaya kepada Yesus atau Maria. Mereka tidak bekerja. Mereka berpakaian serba hitam. Dan mereka menakut-nakuti wisatawan. Mereka tidak tidur di malam hari, dam mereka berjalan-jalan ketika kami sedang tertidur,” kata dewan adat Vasquez. (Ahmad/AFP)
SENIN, 05 DZULQA`IDAH 1435H / SEPTEMBER 1, 2014
GUATEMALA CITY (Panjimas.com) - Takut kehilangan budaya dan tanah leluhur mereka, penduduk suku Maya di Guatemala akhirnya mengusir 230 anggota Yahudi ultra-Ortodoks dari lingkungannya. Suku Maya sendiri juga telah mengalami diskriminasi selama berabad-abad.
Pada Rabu lalu, akhirnya kelompok Yahudi itu dipaksa pergi dari San Juan La Laguna, di tepi Danau Atitlan, sekitar 200 kilometer dari ibukota Guatemana City. Upaya mencapai kesepakatan agar komunitas Yahudi diizinkan tinggal bersama Suku Maya gagal, dan mereka harus pergi.
“Kami sangat senang dengan keputusan yang dibuat oleh kelompok itu (Yahudi) untuk menghindari konflik dengan orang lokal,” kata Miguel Vasquez, juru bicara Dewan Tetua Suku San Juan, seperti dikutip AFP.
Sebagian besar anggota komunitas Yahudi itu berasal dari Amerika Serikat, Israel, Inggris, Rusia dan sekitar 40 orang Guatemala. Setengah dari komunitas itu merupakan anak-anak.
Sejak Oktober tahun lalu, penduduk asli setempat menuduh orang-orang Yahudo Ortodoks telah melanggar adat Maya. Tetua Suku Maya juga mengatakan, komunitas Yahudi berusaha untuk memaksakan agama mereka dan merusak kepercayaan warga desa yang beragama Katolik.
Guatemala adalah negara pegunungan dengan pemandangan indah di Amerika Tengah. Pemerintah mengatakan bahwa 42 persen penduduknya berasal dari etnis suku Maya. Mereka bekerja sebagai petani tradisional. Menurut pemimpin adat, 60 persen dari 15 juta penduduk Guatemala adalah suku Maya.
Di negeranya sendiri, suku Maya merasa telah didiskriminasi sejak lama.
Selama tiga abad kolonialisme Spanyol, suku Maya juga terpinggirkan. Setelah kemerdekaan pada awal tahun 1800-an, suku Maya menghabiskan hampir dua abad hidupnya di tempat terpencil.
Diusirnya Yahudi dari wilayah suku Maya karena mereka khawatir akan lebih banyak anggota komunitas Yahudi yang terus berdatangan. Suku Maya merasa kedatangan Yahudi ini dapat merebut tanah leluhur mereka.
Komunitas Yahudi yang ada di daerah suku Maya ini bernama Komunitas Lev Tahor yang didirikan pada tahun 1980 oleh Shlomo Helbrans dari Israel.
Para pemimpin suku Maya menganggap aneh ritual komunitas Yahudi tersebut.
“Mereka tidak percaya kepada Yesus atau Maria. Mereka tidak bekerja. Mereka berpakaian serba hitam. Dan mereka menakut-nakuti wisatawan. Mereka tidak tidur di malam hari, dam mereka berjalan-jalan ketika kami sedang tertidur,” kata dewan adat Vasquez. (Ahmad/AFP)

RM12,000 bantu derita Gaza


Kuala Terengganu: Penderitaan rakyat Gaza akibat kekejaman rejim Zionis terus mendapat simpati masyarakat negara ini. Terbaru, Tabung Gaza Media Prima menerima RM12,000 disumbangkan Hotel Permai dan Majlis Perbandaran Kemaman (MPK).

Majlis penyerahan replika cek disempurnakan Pengerusi Hotel Permai Mejar General (B) Tan Sri Wan Abu Bakar Wan Omar pada Program Malam Amal Puisi Santai dan Sambutan Ambang Merdeka di hotel berkenaan, malam kelmarin.

Hadir sama, Yang Dipertua Majlis Perbandaran Kemaman Zulkifli Abu Bakar dan wakil Media Prima yang juga Ketua Biro Berita Harian Terengganu, Rosli Jalil.

Wan Abu Bakar dalam ucapan perasmiannya berkata, pihaknya menyokong penuh inisiatif Hotel Permai mengadakan program diadakan khusus meringankan beban penduduk Gaza.

“Saya bersyukur, pada malam ini kita berjaya mengumpul RM12,000 iaitu RM2,000 daripada Hotel Permai dan RM10,000 dari MPK dan menyeru masyarakat negara ini terus menghulurkan bantuan dalam apa juga bentuk bagi meringankan penderitaan ditanggung penduduk Gaza,” katanya.

Majlis diserikan dengan deklamasi sajak dan lagu puisi oleh artis dan penyair tempatan itu dihadiri lebih 200 orang.

Sebagai meraikan majlis, Wan Abu Bakar turut mendeklamasi sajak ciptaan sendiri dilhamkan ketika bertugas di Bosnia Herzergovina 20 tahun lalu.



Artikel ini disiarkan pada : 2014/09/01

‘Jadi yatim sekelip mata’

Foto
PENDUDUK Palestin terpaksa bersesak menumpang di sebuah sekolah yang ditadbir PBB di Rafah.
Perang di Gaza menyebabkan dia serta empat adiknya menjadi yatim piatu sekelip mata. 
Keganasan Israel selama 50 hari di Semenanjung Gaza meragut hampir 500 nyawa kanak-kanak. 

Tetapi pada masa sama, ia juga menyebabkan ratusan menjadi yatim, yang berdepan dengan ketiadaan kasih sayang ibu dan bapa.
Foto
TIGA beradik yang cedera dalam serangan Israel dirawat oleh pasukan perubatan di sebuah hospital di Gaza, selepas rumah mereka dibom 19 Ogos lalu.

“Lebih baik saya mati daripada tidak mempunyai ibu bapa,” katanya, ketika menceritakan semula kejadian yang meragut nyawa kedua ibu bapanya.

“Mereka sedang berbuka puasa. Hari itu hari kedua peperangan. Tiba-tiba sebutir bom jatuh ke atas rumah kami. 

“Saya melihat mereka rebah dan serta-merta tahu mereka tidak lagi bernyawa,” kata Amir, anak sulung daripada lima beradik. 

Adik bongsunya, Lamis, yang hanya berusia empat bulan. 

Seorang lagi adiknya, Nur, 6, juga terbaring dengan mukanya berlumuran darah. 

“Dua pekerja perubatan membawanya,” kata Amir, sambil merenung Nur yang ketika itu duduk di sebelahnya. 

“Saya sudah biasa menjaga adik saya. Tetapi kini saya takut kerana kami sudah tidak mempunyai ibu bapa,” katanya. 

Orang dewasa yang masih ada dengan mereka ialah datuk dan neneknya. 
Neneknya, Afaf Hamad, 60, seperti setengah juta penduduk Gaza lain, juga hilang tempat kediaman akibat keganasan Israel. 

Namun, Afaf bertekad menjaga kelima-lima cucunya, tidak kira apa terjadi. 
Bagaimanapun dia bingung memikirkan pembiayaan persekolahan cucu-cucunya. 

“Saya tidak akan meninggalkan mereka. Saya akan membesarkan mereka seperti saya membesarkan ibu mereka. Tetapi saya tidak tahu bagaimana hendak menyekolahkan mereka,” katanya. 

Bisan Daher, lapan, juga kehilangan kedua ibubapanya dan beberapa abang dalam peperangan itu. 

“Kami semua berada di rumah. Tak ada apa yang kami hendak sembunyikan. Tidak ada bom. Tak ada roket Tetapi mereka serang juga rumah kami. 

“Kini ibu, bapa dan abang ada di syurga. Saya berharap sangat untuk menemui mereka,” kata Bisan, yang masih berbalut akibat luka dialaminya. 

Dia terperangkap selama enam jam di bawah runtuhan sebelum pasukan perubatan menyelamatkannya. 

Statistik Pertubuhan Bangsa-Bangsa Bersatu (PBB) menunjukkan 373,000 kanak-kanak memerlukan sokongan psikologi selepas perang yang berterusan selama tujuh minggu. 

Kanak-kanak berada di tempat teratas senarai kematian. Daripada 2,143 yang terbunuh, 494 adalah kanak-kanak. 

Di pihak Israel, hanya seorang kanak-kanak daripada 70 orang yang mati, 64 daripada mereka tentera. 

Hanya terdapat sebuah rumah anak yatim di seluruh Gaza. Keganasan terbaru Israel menyebabkan keadaan rumah yatim terbabit sesak. 

Rumah anak yatim Al-Amal sudah membawa masuk antara 250 dan 300 kanak-kanak yang menjadi yatim piatu akibat kekejaman rejim Zionis itu. 

Sebelum perang, hanya 120 kanak-kanak menghuni rumah berkenaan. 

Ketika Israel mengganas, seorang kanak-kanak rumah itu, Ali, 10, terbunuh selepas rejim itu mengebom sebuah sekolah Pertubuhan Bangsa-Bangsa Bersatu, tempat dia berlindung. 

Rumah itu hanya ada 31 bilik, tetapi pengarahnya, Ayad al-Masri yakin, ia akan berkembang. 

“Kami akan membina sebuah lagi bangunan untuk menempatkan semua kanak-kanak itu,” katanya.
Artikel ini disiarkan pada : 2014/09/01

Zionis mahu rampas tanah


Baitulmaqdis: Israel melalui pasukan tenteranya mengumumkan rancangan untuk merampas 400 hektar lagi tanah Palestin di Baitullaham, selatan Tebing Barat semalam.

“Atas arahan golongan politik, 400 hektar penempatan di Gevaot diisytiharkan sebagai milik Israel,” katanya.

Tentera Israel berkata, penduduk Palestin yang ada hubungan dengan tanah itu diberi masa 45 hari untuk menyurakan sebarang bantahan.

Menurut mereka, langkah berkenaan diambil selepas pembunuhan tiga remaja Yahudi yang diculik Jun lalu di kawasan yang sama dan dikenali sebagai penempatan Gush Etzion dikalangan penduduk Israel.

Tiga rakyat Palestin dari Hebron dituduh bertanggungjawab atas pembunuhan berkenaan.

Majlis Penempatan Yahudi di Etzion mengalu-alukan pengumuman itu dan menyifatkannya sebagai langkah awal untuk meluaskan penempatan berkenaan.

“Ia akan mengukuhkan penempatan kami,” kata majlis berkenaan dalam satu kenyataan.

Akhbar Israel Haberkata, pembinaan di kawasan itu sudah dirancang sejak 2000 dan tahun lalu, rejim Israel mempelawa bidaan untuk membina 1,000 rumah di situ.

Sementara itu, ketua perunding Palestin mengecam rancangan berkenaan dan menggesa diadakan tindakan diplomatik terhadap Israel.

“Rejim Israel melakukan pelbagai jenayah terhadap penduduk Palestin dan tanah mereka.

“Masyarakat antarabangsa sepatutnya bertindak secepat mungkin ke atas Israel kerana jenayah dan pencerobohan yang dilakukannya ke atas penduduk Palestin di Gaza dan aktiviti penempatan di Tebing Barat dan Baitulmaqdis Timur,” katanya.



Artikel ini disiarkan pada : 2014/09/01

Cabaran kanak-kanak Palestin mulakan sesi persekolahan


SEKOLAH-sekolah di seluruh Gaza yang masih menjadi tempat perlindungan penduduk Palestin, menyukarkan permulaan sesi persekolahan menjelang 14 September ini. - AFP
GAZA CITY 31 Ogos - Kanak-kanak Palestin di Genting Gaza berdepan cabaran sukar untuk memulakan sesi persekolahan baharu pada 14 September ini selepas kebanyakan infrastruktur untuk proses pembelajaran musnah teruk sepanjang tempoh 50 hari peperangan antara Hamas dan Israel.
Portal berita Middle East Monitor dalam laporannya berkata, situasi dijangka bertambah sukar apabila lebih 50,000 penduduk masih berlindung di sekolah-sekolah milik Agensi Bantuan dan Pekerjaan Pertubuhan Bangsa Bersatu (UNRWA) dan lebih 250,000 lagi ditempatkan di kira-kira 85 buah sekolah di seluruh Gaza.
Memetik kenyataan Timbalan Menteri Pelajaran di Gaza, Ziad Thabet berkata, sebanyak 277 buah sekolah musnah akibat bedilan tentera Israel dan situasi berkenaan menyebabkan pelbagai masalah timbul untuk memulakan persekolahan.
Bagaimanapun katanya, pihak kementerian telah mencapai satu perjanjian dengan UNRWA untuk memulakan sesi persekolahan dalam tempoh dua minggu.
"Bagi mengurangkan tekanan ke atas pelajar dan memudahkan proses pembelajaran, aktiviti kokurikulum pada tahun ini akan dikurangkan.
"Selain itu, bengkel khas untuk guru turut disediakan bagi menangani masalah psikologi pelajar yang terjejas teruk akibat keganasan Israel baru-baru ini," katanya.
Dalam perkembangan lain, Kementerian Pelajaran Israel dijangka menanggung kos pengurangan perbelanjaan paling tinggi dalam belanjawan tahun ini selepas kerajaan rejim Zionis menetapkan pemotongan sebanyak dua peratus perbelanjaan ke atas semua kementerian kecuali Kementerian Pertahanan bagi menanggung kos operasi ketenteraan di Gaza.
Menurut laporan akhbar Israel, Hareetz, Kementerian Pelajar terpaksa mengurangkan perbelanjaan sebanyak AS$195 juta (RM616 juta) yang diperuntukkan untuk keperluan sekolah rendah dan sekolah menengah.
Tambah laporan itu, jika pemotongan tersebut dikuatkuasakan, kementerian terbabit dijangka mengurangkan peruntukan untuk beberapa program khas bagi meningkatkan tahap pendidikan, latihan perguruan dan pembinaan kelas baharu yang telah dirancang sebelum ini.


Artikel Penuh: http://www.utusan.com.my/utusan/Luar_Negara/20140901/lu_04/Cabaran-kanak-kanak-Palestin-mulakan-sesi-persekolahan#ixzz3C0Q2XsFW
© Utusan Melayu (M) Bhd